Pages

Sabtu, 28 Mei 2011

BURUNG GAGAK DAN MAKNA KESABARAN

BAGAIMANA kita harus membalas jasa orang tua kita? Berapa kali kita harus membalas mencintai mereka yg telah berjasa bagi kehidupan kita? Berikut kisah tentang cara yg biasa kita lakukan untuk membalas cinta orang tua kita.

Pada suatu sore yg tenang, seorang ibu tua sedang duduk sambil minum teh bersama anaknya yg baru saja kembali setelah merantau bertahun-tahun. Si anak ini telah sukses sebagai pengusaha. Ibunya begitu bangga dan kagum akan keberhasilan anaknya. Saat mereka duduk diberanda sambil mengawasi taman di depan rumahnya, tiba-tiba seekor burung gagak terbang dan hinggap disuatu pohon di depan rumahnya. Sang ibu tua lalu menunjuk ke arah gagak sambil bertanya, "Nak, sebenarnya benda apa sih itu?" "Oh, itu kan burung gagagak, Ma," jawab si anak. Sejenak, sang ibu tua mengangguk-angguk. Namun, sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yg sama.

Si anak menyangka bahwa ibunya kurang mendengar jawabannya, lalu ia menjawab lebih keras, "Itu burung gagak, Mama." Sejenak sang ibu terdiam, lantas ia tampak serius dan bertanya lagi hal yang sama. "Apa tadi kamu bilang? Eh, benda apa itu?" Si anak dengan sia-sia kesabaran berkata pada ibunya, "Itu burung.Burung gagak." Mamanya mengangguk-angguk. Tak lama kemudian sang ibu menanyakan lagi hal yg sama. Suasana hati si anak mulai terganggu. Ia pun sedikit kesal karena pertanyaan yg sama diulang-ulang, dengan menjawab lebih kencang lagi, "Mama,itu burung gagak!" Sang ibu terdiamagak ketakutan dengan suara keras anaknya. Namun,telah terdiam beberapa saat, sekali lagi sang ibu menanyakan hal yg sama, "Maafkan Mama. Mama lupa lagi.Tadi namanya apa?" Untuk kelima kalinya pertanyaan yang sama membuat si anak mulai naik pitam. Lalu ia mulai berteriak dengan kencang ke telinga ibunya, "Kok Mama budek sih? Itu adalah burung gagak! Ga-gak!" ia berpikir sang ibu akan terdiam. Tetapi,sang ibu pun kembali membuka mulut dan bertanya hal yg sama. Dan, kali ini si telah hilang kesabarannya dan menjadi sangat marah,sehingga ia membentak, "Mama!Ditinggal sekian lama kok Mama jadi budek sih? Sudah saya bilang lima kali,namanya gagak! awas kalau tanya lagi!"

Sang ibu terdiam. Ia lalu bangun dari duduknya, masuk ke rumah, meninggalkan si anak masih jengkel. Beberapa saat kemudian, sang ibu keluar dengan membawa sebuah buku tua ditangannya. Ternyata, buku itu adalah buku diary kuno miliknya yang ditulisnya setiap hari. Lalu beberapa saat, sang ibu sibuk mencari suatu halaman. Setelah menemukan halaman yang dicari, ia lalu menyodorkan kepada anaknya untuk dibaca. “Nak, coba kamu baca apa yang pernah Mama tulis di buku diary ini,” kata sang ibu sambil menyodorkan diary yang usang itu kepada anaknya. Sambil menghela napas panjang, si anak mengambil diary tua itu, lalu membaca paragrafnya.

Demikian isinya:
Hari ini aku capek dengan kerjaan rumah seharian. Hingga ada seekor gagak hinggap didepan rumah. Anakku yang baru berusia tiga tahun berlari kearahku sambil menunjuk kea rah burung itu,lalu bertanya, “Mama,apa itu?” Kujelaskan,”Itu adalah burung gagak.” Tetapi,tampaknya ia masih bingung dan terus bertanya hal yang serupa meskipun aku telah menjawab berkali-kali bahwa itu adalah burung gagak. Aku menghitung, anakku bertanya lebih dari 25 kali. Tetapi, demi rasa sayangku padanya,aku terus meladeni dengan sabar setiap pertanyaan yg sama. Aku terus menjawab untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Mudah-mudahan ini akan menjadi teladan yang baik baginya.

Setelah membaca diary tersebut, si anak memejamkan matanya, dan merasa terpukul. Ia tidak berani memandang wajah sang ibu yang berkata, “Hari ini Mama baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak lima kali dan kamu telah kehilangan kesabaranmu.”

Semoga kisah diatas menginspirasi kita untuk terus member dan membalas tanpa pamrih orang-orang yang berjasa dalam hidup kita. Bisa jadi, orang itu adalah orang tua kita, atau orang-orang yang dipakai Tuhan untuk mengangkat hidup kita menjadi lebih baik. Mari kita dengan sabar terus membalas dan tidak menjadi jengkel dengan mereka yang telah memberikan kasih sayangnya kepada kita. Apakah kita juga sabar terhadap orangtua yang telah mencintai kita tanpa syarat? Sekuat-kuatnya kita, kita tidak mungkin menggendong ibu kita selama 9 bulan terus-menerus. Itulah yang dilakukan bagi kita.

0 komentar:

Posting Komentar